Welcome

Blog buat latihan nulis nih, maaf kalo konten nya kurang sesuai dengan harapan.. hehehe

Rabu, 03 November 2010

Mengandalkan Intuisi dengan Tepat

Memang, intuisi cukup sulit diterjemahkan. Sebagian orang menyebutnya sebagai feeling, perkiraan, perasaan, spekulasi, kreativitas, atau imajinasi. Tapi apapun terjemahannya, dalam waktu tertentu intuisi diperlukan untuk mendukung sebuah keputusan. Tentu saja dalam dunia bisnis, intuisi tidak bisa diandalkan tanpa pertimbangan lainnya.

Intuisi perlu dilengkapi dengan sejumlah data dan uji coba. Contohnya Einstein, ia mendapatkan gagasan berdasarkan intuisi. Namun, ia berusaha melakukan uji coba dan eksperimen untuk mengukur sejauhmana keakuratan gagasan itu.

Berdasarkan survei, sejumlah pemimpin puncak mengaku memakai intuisi dalam mempekerjakan dan mempromosikan karyawan. Sebagian lagi mengandalkan intuisi dalam mengambil keputusan tentang produk. Tapi tetap saja intuisi harus dikendalikan. Karena seperti halnya logika, intuisi juga bisa salah. Lalu bagaimana menggunakan intuisi dengan tepat?

Ada beberapa hal yang bisa dimanfaatkan jika ingin memanfaatkan intuisi Anda, seperti yang diungkapkan oleh Rekan Kantor berikut ini:

* Bedakan intuisi dari angan-angan muluk
Jika Anda ingin memakai intuisi, coba tanyakan pada diri sendiri, apakah Anda dipengaruhi oleh pikiran dan harapan yang muluk atau sekedar perkiraan semata? So, lebih baik jika Anda mengandalkan intuisi secara objektif. Artinya intuisi itu berdasarkan perkiraan yang didukung data-data.

* Bedakan intuisi dan keinginan pribadi
Seringkali seseorang mencampuradukkan intuisi dengan keinginan pribadi. Misalnya Anda memperkirakan kesuksesan peluncuran produk hanya karena produk itu karya Anda sendiri. Hindari perkiraan semacam ini. Anda boleh saja meluncurkan produk berdasarkan intuisi, karena produk tersebut benar-benar layak dipasarkan dan berkualitas, bukan cuma karena karya Anda sendiri.

* Jangan campur intuisi dan emosi pribadi
Perkiraan yang didasarkan emosi pribadi jelas tidak obyektif. Contoh kasus, pelaku bisnis di Inggris terus mempertahankan suatu produk hanya karena penghuni istana Buckingham masih suka memakai produk itu, sementara masyarakat umum sudah tidak menyukainya sama sekali. Hal seperti inilah yang harus dihindari.

* Jangan memakai intuisi secara terburu-buru
Kadang intuisi memang muncul secara mendadak, namun jangan keburu menggunakannya sebagai langkah pengambil keputusan atau tindakan. Intuisi itu tetap memerlukan kelayakan uji coba untuk menghindari penilaian yang terlalu dini.

* Jangan enggan menguji
Seberapapun canggihnya intuisi Anda, pertimbangkan untuk menguji kelayakan intuisi itu. Jangan terlalu saklek oleh satu intuisi tanpa pertimbangan lain. Dengarkan pendapat orang lain tentang intuisi Anda disertai suatu pengujian serius.

Nah, sudahkah Anda menggunakan intuisi dengan tepat? Jika Anda dapat memanfaatkannya dengan baik, bukan tak mungkin bisnis atau pekerjaan Anda dapat berlangsung sukses.

Selamat memanfaatkan intuisi...![*]

Pelihara Otak Agar Tetap Bugar

1. Jaga makanan atau diet. Makanan yang asal-asalan bisa membuat tubuh rusak. Hindari
kegemukan karena bisa menyebabkan munculnya penyakit seperti diabetes, jantung, hipertensi dan lainnya.

2. Hindari minum alkohol dan mengkonsumsi narkotika karena bisa meracuni bisa otak.

3. Waspadalah bila Anda memasak menggunakan panci, ketel, atau pembungkus alumunium foil
karena alumunium yang berlebih dalam darah bisa menurunkan daya ingat. Selain alumunium, zat besi dan silikon juga bisa meracuni otak.

4. Berolahragalah secara teratur. Kalau tidak memungkinkan, minimal lakukan jalan kaki setiap hari selama 30 menit.
Usahakan untuk latihan pernapasan dan melakukan senam otak.

5. Jauhi tempat-tempat yang berpolutan tinggi karena CO (karbonmonoksida) yang terkandung dalam asap mobil bisa meracuni otak.

6. Asah otak, misalnya dengan main catur, bridge, mengisi teka-teki silang, mengajari cucu, mempelajari sesuatu dan mempraktekkannya.

7. Tanggulangi stres dengan baik. Bisa dengan rileksasi, meditasi atau menggeluti hobi.

(Senior edisi No.171)
Sumber: Senior